
Dunia akademik modern menuntut mahasiswa untuk menjadi produsen pengetahuan yang aktif dan konsisten. Mekanisme Akreditasi Jurnal menjadi aspek penting yang wajib dipahami sejak awal proses publikasi. Sistem SINTA hadir sebagai acuan utama untuk menilai mutu jurnal di Indonesia. Banyak mahasiswa masih kesulitan memahami cara sebuah jurnal memperoleh status akreditasi resmi. Kesalahan memahami hal ini sering menghambat proses publikasi dan kelulusan mereka. Artikel ini membantu Anda menelusuri proses penilaian yang digunakan pemerintah untuk menilai kualitas jurnal. Penjelasan ini memberi dasar kuat untuk merumuskan strategi publikasi yang lebih tepat.
Setiap tingkatan SINTA memiliki standar penilaian yang berbeda dan jelas terstruktur. SINTA 1 dan SINTA 2 menuntut kualitas editorial dan integritas ilmiah yang sangat tinggi. SINTA 3 hingga SINTA 6 tetap penting namun memiliki syarat yang lebih fleksibel. Memahami perbedaan ini membantu Anda memilih target publikasi sesuai kualitas naskah. Pengetahuan ini juga meningkatkan kemampuan Anda dalam menyesuaikan struktur artikel. Dengan pemahaman yang tepat, peluang publikasi Anda akan meningkat secara signifikan. Artikel ini memberi Anda arah jelas untuk melangkah lebih percaya diri dalam proses akademik.
Urgensi Memahami Mekanisme Akreditasi Jurnal bagi Akademisi
Pengetahuan mendalam mengenai mekanisme akreditasi jurnal bukan sekadar wawasan tambahan, melainkan kebutuhan mendasar bagi setiap mahasiswa tingkat akhir maupun pascasarjana. Saat Anda memahami bagaimana sebuah jurnal dinilai dan diakreditasi, Anda secara otomatis memahami standar kualitas yang mereka cari dari sebuah naskah. Akreditasi jurnal di Indonesia dikelola melalui sistem ARJUNA (Akreditasi Jurnal Nasional) yang menetapkan kriteria ketat mulai dari manajemen editorial hingga substansi artikel. Mahasiswa yang buta terhadap proses ini cenderung mengirimkan naskah secara acak, tanpa mempertimbangkan apakah jurnal tersebut memiliki tata kelola yang sehat atau tidak. Akibatnya, naskah sering kali tertahan tanpa kepastian atau bahkan terjebak di jurnal predator yang tidak diakui oleh institusi.
Selain itu, pemahaman terhadap mekanisme akreditasi jurnal membantu mahasiswa menetapkan target yang realistis namun tetap ambisius. Setiap peringkat SINTA mencerminkan tingkat kesulitan dan keketatan seleksi yang berbeda. Jurnal SINTA 1 dan 2 biasanya memiliki proses peer-review yang sangat rigor dan menuntut kebaruan (novelty) yang signifikan, setara dengan jurnal internasional bereputasi. Sementara itu, SINTA 3 hingga 6 mungkin lebih lunak namun tetap memegang teguh kaidah ilmiah. Dengan mengetahui “dapur” penilaian ini, mahasiswa dapat mengukur kualitas riset mereka sendiri sebelum melakukan submisi. Hal ini menghemat waktu berharga yang sering terbuang akibat penolakan yang sebenarnya bisa diprediksi sejak awal jika penulis paham standar akreditasi.
Lebih jauh lagi, penguasaan materi tentang mekanisme akreditasi jurnal melindungi mahasiswa dari praktik ketidakjujuran akademik. Dalam upaya mengejar syarat kelulusan, tidak sedikit mahasiswa yang tergoda jalan pintas melalui joki atau jurnal instan. Padahal, sistem akreditasi SINTA dirancang untuk mendeteksi integritas penerbitan. Jurnal yang terakreditasi baik pasti memiliki proses rekam jejak digital yang transparan, termasuk riwayat revisi dan korespondensi. Mahasiswa yang paham mekanisme ini akan tahu bahwa proses instan adalah tanda bahaya. Mereka akan lebih menghargai proses revisi dan masukan reviewer sebagai bagian integral dari peningkatan kualitas diri, bukan sekadar hambatan administratif semata.
Proses Administratif dalam Mekanisme Akreditasi Jurnal Nasional
Langkah awal dalam mekanisme akreditasi jurnal dimulai dari evaluasi administratif yang sangat rinci melalui portal ARJUNA. Bagi pengelola jurnal, tahap ini adalah gerbang pertama yang menentukan nasib jurnal mereka, dan bagi mahasiswa, ini adalah jaminan bahwa jurnal tujuan mereka dikelola secara profesional. Proses ini mencakup verifikasi ISSN (International Standard Serial Number) yang valid, baik untuk edisi cetak maupun elektronik. Ketersediaan DOI (Digital Object Identifier) yang aktif pada setiap artikel juga menjadi syarat mutlak yang diperiksa pada tahap ini. Tanpa elemen-elemen dasar ini, sebuah jurnal tidak akan bisa melangkah ke tahap penilaian substansi, yang artinya jurnal tersebut belum layak dijadikan rujukan utama.
Aspek lain yang dinilai dalam tahapan administratif mekanisme akreditasi jurnal adalah keberkalaan terbit. Tim asesor akan memeriksa apakah jurnal tersebut konsisten menerbitkan nomor baru sesuai jadwal yang mereka klaim, apakah itu dua kali setahun, tiga kali, atau lebih. Ketidakkonsistenan jadwal terbit menjadi indikator merah yang menandakan manajemen yang buruk. Bagi mahasiswa, ini adalah sinyal penting: hindari mengirim naskah ke jurnal yang sering terlambat terbit atau memiliki riwayat bolong pada edisi-edisi sebelumnya. Jurnal yang tertib administrasi mencerminkan keseriusan pengelola dalam menjaga marwah akademik, sehingga naskah Anda pun akan diperlakukan dengan profesionalisme yang sama.
Selain itu, etika publikasi dan keberagaman penulis menjadi poin krusial dalam evaluasi administratif mekanisme akreditasi jurnal ini. Asesor akan melihat apakah penulis dalam satu nomor terbitan hanya berasal dari satu institusi yang sama dengan penerbit (inbreeding) atau beragam dari berbagai kampus dan negara. Jurnal yang baik harus membatasi dominasi penulis internal untuk menghindari bias kepentingan. Mahasiswa perlu memastikan bahwa jurnal yang mereka tuju memiliki sebaran penulis yang luas. Hal ini tidak hanya meningkatkan reputasi jurnal tersebut di mata asesor SINTA, tetapi juga memperluas jangkauan pembaca artikel Anda nantinya. Proses administratif ini menjamin bahwa hanya jurnal yang benar-benar siap dan serius yang berhak menyandang status terakreditasi SINTA.
Standar Penilaian Substansi dan Manajemen Editorial
Setelah lolos evaluasi administratif, fokus beralih pada kualitas konten dan tata kelola yang menjadi jantung dari sebuah publikasi ilmiah. Penilaian substansi menyoroti seberapa besar kontribusi artikel-artikel di dalamnya terhadap pengembangan ilmu pengetahuan. Asesor substansi akan membaca secara mendalam sampel artikel untuk menilai kedalaman analisis, ketajaman metodologi, dan kemutakhiran referensi yang digunakan. Jurnal yang hanya memuat penelitian deskriptif dangkal tanpa sintesis teori yang kuat tentu akan mendapatkan nilai rendah. Mahasiswa harus menyadari bahwa jurnal dengan peringkat tinggi di SINTA menuntut naskah yang memiliki dampak sitasi potensial, bukan sekadar laporan kegiatan atau tugas akhir yang dipoles seadanya.
Di sisi manajemen, transparansi proses editorial menjadi sorotan utama. Pengelola jurnal wajib menggunakan Open Journal Systems (OJS) atau platform serupa yang memungkinkan pelacakan naskah secara digital. Asesor akan memeriksa apakah proses double-blind peer review benar-benar berjalan atau hanya formalitas belaka. Bukti korespondensi antara editor, reviewer, dan penulis akan diaudit untuk memastikan adanya proses diskusi ilmiah yang konstruktif. Jurnal yang baik akan meninggalkan jejak digital yang jelas mengenai kapan naskah masuk, kapan direview, dan kapan diputuskan diterima. Ketiadaan rekam jejak ini akan menurunkan poin akreditasi secara drastis, yang berimbas pada penurunan peringkat SINTA jurnal tersebut.
Kualitas penyuntingan dan tata letak juga tidak luput dari penilaian. Konsistensi gaya selingkung (style guide) mulai dari cara penulisan sitasi, daftar pustaka, hingga format tabel dan gambar sangat diperhatikan. Jurnal yang membiarkan artikelnya tampil dengan format yang berantakan atau tidak seragam menunjukkan ketidakprofesionalan editornya. Bagi mahasiswa, ini berarti kepatuhan terhadap template jurnal adalah hal yang tidak bisa ditawar. Sebuah jurnal yang sedang mengejar atau mempertahankan akreditasinya tidak akan segan menolak naskah yang formatnya buruk, meskipun isinya bagus, karena hal itu dapat merusak nilai manajemen mereka di mata asesor akreditasi nasional.
Indikator Utama Penilaian dalam Mekanisme Akreditasi Jurnal
Memahami detail poin penilaian sangat penting agar mahasiswa dapat menyiapkan naskah sesuai ekspektasi jurnal target. Dalam mekanisme akreditasi jurnal, terdapat delapan unsur utama penilaian dengan bobot berbeda. Pengetahuan ini menjadi peta jalan bagi penulis untuk memahami bagian mana dari naskah yang paling diperhatikan editor.
- Penamaan dan Kelembagaan Penerbit
Nama jurnal harus unik dan tidak membingungkan. Kredibilitas lembaga penerbit, seperti universitas atau asosiasi profesi, juga sangat menentukan. Fokus keilmuan jurnal harus jelas dan tidak campur-aduk, kecuali jurnal multidisipliner. - Penyuntingan dan Manajemen Jurnal
Asesor menilai kualitas dewan editor, kompetensi reviewer, dan efektivitas proses seleksi naskah. Jurnal bermutu melibatkan editor dan mitra bebestari dari berbagai institusi atau negara. - Substansi Artikel
Ini memiliki bobot paling besar. Penilaian mencakup kebaruan, kedalaman wawasan, dampak ilmiah, serta dominasi referensi primer. Naskah idealnya menggunakan lebih dari 80% sumber jurnal. - Gaya Penulisan dan Penampilan
Konsistensi format dan sitasi sangat penting. Penggunaan aplikasi referensi seperti Mendeley atau Zotero membantu menjaga ketepatan gaya penulisan. Tata letak rapi dan akses artikel yang mudah juga dinilai. - Keberkalaan dan Penyebarluasan
Jurnal harus terbit tepat waktu dengan jumlah artikel yang stabil. Indeksasi di DOAJ atau Scopus memberi nilai tambahan signifikan dalam akreditasi.
Mahasiswa dapat menjadikan daftar ini sebagai checklist sebelum mengirim naskah. Jika menargetkan SINTA 2, pastikan substansi kuat dan referensi primer dominan. Memahami tekanan editor dalam memenuhi indikator akreditasi akan membuat Anda lebih siap dan kooperatif saat menerima revisi.
Peran Vital Reviewer dalam Mekanisme Akreditasi Jurnal
Reviewer atau mitra bebestari memegang peranan sentral dalam menjaga kualitas yang menjadi syarat mutlak dalam mekanisme akreditasi jurnal nasional. Mereka adalah “penjaga gawang” yang memastikan bahwa hanya naskah yang memenuhi standar metodologi dan etika akademik yang boleh lolos. Dalam proses akreditasi, jurnal dinilai berdasarkan kualifikasi dan keaktifan para reviewer mereka. Jurnal yang menggunakan reviewer dari kalangan internal kampus sendiri secara berlebihan akan mendapatkan nilai rendah. Sebaliknya, jurnal yang melibatkan pakar dari berbagai institusi ternama membuktikan bahwa mereka serius dalam menjaga objektivitas dan kualitas ulasan.
Proses penelaahan yang dilakukan reviewer haruslah substantif, bukan sekadar perbaikan tata bahasa atau typo. Dalam kerangka mekanisme akreditasi jurnal, asesor SINTA akan memeriksa bukti fisik hasil review. Apakah reviewer memberikan masukan mengenai kerangka konseptual? Apakah mereka mengkritisi metode analisis data? Komentar reviewer yang hanya berbunyi “Lanjut” atau “ACC” tanpa catatan perbaikan dianggap sebagai kegagalan proses peer-review. Mahasiswa sering kali merasa kesal dengan revisi yang banyak, padahal revisi yang mendalam dari reviewer justru merupakan indikator bahwa jurnal tersebut sehat dan berkualitas tinggi, yang pada akhirnya menguntungkan reputasi penulis.
Interaksi antara penulis dan reviewer ini direkam secara sistematis dalam OJS. Bagi pengelola jurnal, arsip interaksi ini adalah aset berharga saat mengajukan reakreditasi. Oleh karena itu, editor akan sangat ketat memastikan penulis merespons setiap poin masukan reviewer. Jika mahasiswa mengabaikan masukan reviewer, editor terpaksa menolak naskah tersebut demi menyelamatkan integritas jurnal. Memahami posisi reviewer dalam mekanisme akreditasi jurnal ini seharusnya mengubah pola pikir mahasiswa; dari yang tadinya melihat revisi sebagai beban, menjadi melihatnya sebagai kolaborasi ilmiah untuk meningkatkan grade tulisan agar layak bersanding di panggung nasional.
Kesalahan Umum Mahasiswa saat Memilih Jurnal Tujuan
Banyak mahasiswa terjebak masalah publikasi bukan karena riset mereka buruk, tetapi karena strategi pemilihan jurnal yang lemah. Ketidakpahaman terhadap karakteristik jurnal membuat naskah tertolak bahkan sebelum masuk meja reviewer. Untuk menghindari desk rejection, perhatikan beberapa kesalahan fatal berikut:
- Mengabaikan Focus and Scope Jurnal
Ini adalah kesalahan paling mendasar. Banyak mahasiswa mengirim naskah pendidikan ke jurnal teknik, atau naskah hukum ke jurnal sosial. Editor akan langsung menolak tulisan yang tidak sesuai arah keilmuan jurnal, seberapa pun bagus isinya. - Tidak Memperhatikan Peringkat SINTA
Mengirim naskah standar skripsi ke jurnal SINTA 1 atau 2 tanpa penguatan analisis adalah keputusan berisiko. Jurnal SINTA tinggi menuntut kebaruan setara jurnal internasional. Penulis pemula lebih realistis menargetkan SINTA 3, 4, atau 5. - Format Tidak Sesuai Template
Editor menilai kepatuhan format sebagai indikator profesionalisme. Mengabaikan template menunjukkan bahwa penulis tidak membaca panduan penulisan. Format yang kacau hampir pasti berujung pada penolakan cepat. - Menggunakan Referensi Kedaluwarsa
Mayoritas referensi dari buku atau sumber lama membuat naskah dianggap tidak relevan. Jurnal ilmiah menuntut rujukan terbaru, terutama lima tahun terakhir, untuk memastikan pembahasan mengikuti perkembangan ilmu. - Terjebak Jurnal Predator atau Daftar Hitam
Tawaran “terbit cepat” tanpa proses review sangat berbahaya. Jurnal seperti ini rentan dicabut akreditasinya sehingga publikasi Anda tidak diakui. Selalu cek rekam jejak jurnal sebelum mengirim naskah.
Untuk menghindari kesalahan tersebut, lakukan riset kecil sebelum submisi. Periksa profil jurnal di SINTA atau situs resminya, baca artikel terbaru mereka, dan pahami standar kualitas yang diharapkan. Langkah sederhana ini jauh lebih efektif daripada mengirim ulang naskah berkali-kali ke jurnal yang salah.
Strategi Jitu Menembus Jurnal Terakreditasi
Keberhasilan menembus jurnal terakreditasi, terutama yang memiliki peringkat SINTA tinggi, membutuhkan kombinasi antara kualitas riset yang solid dan strategi penyajian yang cerdas. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah memastikan naskah Anda memiliki “benang merah” yang kuat. Judul, abstrak, pendahuluan, metode, hasil, dan kesimpulan harus saling terikat logis. Pendahuluan harus mampu menjelaskan gap analysis atau kesenjangan penelitian yang menjadi alasan mengapa riset Anda penting dilakukan. Tanpa urgensi yang jelas, editor tidak akan melihat nilai tambah naskah Anda dibanding ratusan naskah lain yang masuk ke meja redaksi mereka.
Selain substansi, aspek kebahasaan memegang peranan vital. Meskipun jurnal nasional menggunakan Bahasa Indonesia, standar bahasa yang digunakan adalah ragam baku akademik yang efektif dan efisien. Hindari kalimat yang bertele-tele dan paragraf yang tidak kohesif. Gunakanlah istilah teknis yang tepat dan pastikan tidak ada kesalahan ketik (typo) yang mengganggu. Penggunaan alat bantu pengecekan ejaan dan tata bahasa sangat disarankan. Jika Anda menargetkan jurnal SINTA 1 atau 2 yang berbahasa Inggris, pertimbangkan untuk menggunakan jasa proofreading profesional agar naskah Anda bebas dari kesalahan gramatikal yang dapat mendistorsi makna temuan riset Anda.
Strategi terakhir adalah membangun komunikasi yang baik dengan pengelola jurnal. Setelah melakukan submisi, pantau status naskah Anda secara berkala melalui akun OJS. Jika proses review memakan waktu lebih lama dari yang dijanjikan, Anda berhak menanyakan status naskah kepada editor dengan bahasa yang santun dan profesional. Namun, bersabarlah karena proses review yang berkualitas memang memakan waktu. Tunjukkan sikap responsif dan apresiatif saat menerima hasil review. Penulis yang kooperatif dan cepat tanggap dalam melakukan revisi biasanya lebih disukai oleh editor, yang pada akhirnya memperbesar peluang naskah tersebut untuk segera diterbitkan (Letter of Acceptance).
Kesimpulan
Memahami mekanisme akreditasi jurnal SINTA adalah investasi intelektual yang sangat berharga bagi setiap mahasiswa. Pengetahuan ini membuka mata kita bahwa publikasi ilmiah bukan sekadar formalitas menggugurkan kewajiban, melainkan sebuah proses yang terstandarisasi, terukur, dan penuh integritas. Dengan memahami kriteria administratif, standar substansi, hingga peran vital reviewer, mahasiswa dapat menyusun strategi publikasi yang lebih efektif dan terarah. Hindarilah jalan pintas dan fokuslah pada peningkatan kualitas naskah sesuai indikator yang telah ditetapkan.
Jadikan pemahaman ini sebagai modal untuk menghasilkan karya yang tidak hanya lolos terbit, tetapi juga memberikan kontribusi nyata bagi perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Mulailah dengan meriset jurnal tujuan Anda hari ini, perbaiki naskah sesuai standar mereka, dan bersiaplah menjadi bagian dari ekosistem akademik yang berkualitas.
Jika Anda membutuhkan pendampingan profesional agar jurnal Anda benar benar siap terbit di jurnal internasional atau nasional, Software Mahasiswa menyediakan layanan lengkap mulai dari pengecekan plagiasi, parafrase, perbaikan bahasa, pembuatan sitasi, formatting sesuai gaya jurnal, hingga pendampingan submit ke jurnal Scopus, DOAJ, EBSCO, SINTA dan jurnal bereputasi lainnya.
Hubungi kami sekarang melalui Software Mahasiswa untuk konsultasi gratis dan mulai wujudkan publikasi jurnal Anda dengan lebih mudah, lebih terarah, dan lebih profesional.
Baca juga: Cara Mengecek Indexing Jurnal: Sinta, DOAJ, Scopus, dan WOS

